Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Waspada dan Cerdas dalam Menerima & Menyebarkan Informasi

Akhirnya sampai pada Juli 2021, masyarakat dunia menjalani hidup dalam kungkungan pandemi Covid-19. Meski ritme kehidupan tetap berjalan namun tidak sebagaimana saat pandemi belum terjadi.  Realita jelas terpampang bagaimana lesunya perekonomian dan banyaknya para korban Covid-19 yang berjatuhan.

cek-fakta-1

Tercatat pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2020 dalam empat kuartal:

  • Kuartal 1 : 2,97%
  • Kuartal 2 : (terkontraksi) 5,32%
  • Kuartal 3 : (kontraksi berkurang) 3,49%
  • Kuartal 4 : -2,9 % hingga -0,9%

Kesimpulannya ekonomi nasional menutup tahun 2020 dengan angka pertumbuhan ekonomi minus.

Jumlah pengangguran pun meningkat. Awalnya tercatat 2,56 juta orang kemudian menjadi 9,77 juta orang. Jumlah antara pekerja formal pun berbanding terbalik dengan informal.  Di mana pekerja formal 35,93 % dan informal 60,47%.

Angka jatuhnya korban Covid-19 pada 7 Juli 2021 tercatat merenggut 1.040 jiwa untuk skala nasional. Angka kematian tertinggi yaitu di Jawa Tengah, 480 jiwa. Disusul oleh Jawa Timur 155 jiwa, DKI Jakarta 142 jiwa dan Jawa Barat 67 jiwa.

Pentingnya Sumber Valid dari Informasi

Tau dari mana tuh ya tentang perekonomian yang kolaps serta angka korban Covid - 19 secara nasional?  Ya dengan baca berita lah dan tentunya dari sumber yang valid.  Apalagi saat pandemi muncul, media sosial Facebook siaga terkait info-info covid yang beredar.

Facebook bekerja sama dengan UNICEF, WHO dan kementerian kesehatan nasional. Kerja sama ini tentunya untuk mengcounter hoaks yang beredar di tengah masyarakat dan juga  menjadi pusat informasi virus Corona (Covid- 19).  Upaya ini dilakukan agar tidak memperkeruh suasana infodemik. Kita tau sendiri ya misinformasi dan disinformasi adalah hal yang sangat berbahaya bila sampai berkembang di tengah masyarakat. 

Baidewei, apa sih misinformasi dan disinformasi? Sederhana sebenarnya. 
👉Orang yang tidak mengetahui kesalahan dari suatu berita atau informasi dan kemudian dia ikut memviralkannya, maka terjadilah misinformasi.

👉Orang yang telah mengetahui kesalahan suatu informasi atau sengaja membuat informasi yang salah kemudian memviralkannya, maka terjadilah disinformasi.

Jangan sampai mis/disinformasi terkait Covid-19 menjadi viral di tengah masyarakat. Kita sebagai masyarakat pun harus cerdas menyikapi bila menerima berbagai info apapun, termasuk tentang Covid-19.  Jangan justru ikut-ikutan menyebarkan informasi yang belum tentu benar.  Intinya : tabayyun dulu gitu loh.  Alias mencari kejelasan dari informasi yang kita terima, apakah benar atau ternyata hoaks.

Be Smart 

Di zaman teknologi yang semakin canggih, tentunya kita pun sudah semestinya mampu memanfaatkan kecanggihan tersebut.  Apalagi dalam hal tabayyun alias cross check kebenaran informasi yang kita dapatkan. Jangan buru-buru dishare kepada teman-teman ataupun keluarga, baik secara personal maupun pada grup di media sosial.

Pas banget terkait aktivitas cross check informasi ini aku dapetin materinya saat ikutan kelas Cek Fakta Kesehatan bersama Tempo Institute. Diriku sebagai orang awam dan jelas bukan jurnalis merasakan banget banyak ilmu yang sangat bermanfaat bisa didapat dari kelas tersebut. Khususnya terkait infodemik dari Covid-19

cek-fakta-2



Baidewei apa pula nih Infodemik
Infodemic is a portmanteau of “information” and “epidemic” that typically refers to a rapid and far –reaching spread of both accurate and inaccurate information about something such as disease.
Jadi, pengunaan media sosial yang begitu masif di masa pandemi Covid-19 mampu menimbulkan informasi yang salah dan terkadang dapat menyebar lebih cepat dibandingkan fakta yang seharusnya. Demikan yang dimaksud dengan infodemic/infodemik.

cek-fakta-3



So, kita harus hati-hati saat menerima informasi baik dari medsos ataupun website, apalagi ternyata ada 800 ribu website (2017) yang menyebarkan hoaks. Bahkan tercatat di tahun 2020 ada 1028 hoaks terkait Covid-19. so simak baik-baik ya. ilmu yang kudapet tentang cek fakta informasi.

  1. Cek sumber informasi dan siapa yang menyebarkannya.  Kalo pun kita dapatkan di grup keluarga, alumni atau lainnya, ya kita bisa bertanya dengan kalimat yang sopan kepada orang yang ikut memviralkan berita tersebut.
  2. Jangan terkecoh dengan judul berita.  Biasanya kalo judulnya heboh, demi meraih angka klik yang banyak.
  3. Cek tanggal dari berita tersebut (apakah terbaru, atau justru berita lawas yang diolah kembali dan lanjut diviralkan).
  4. Cek bukti pendukung lain, karena semestinya cerita yang kredibel mendukung klaim dengan fakta.
  5. Cek bias (kecenderungan alami pada pikiran yang kuat atau pendapat yang terbentuk sebelumnya tentang sesuatu atau seseorang). Kita harus memikirkan bagaimana bias kita apakah mempengaruhi penilaian kita terhadap hal yang dipercaya atau tidak.
  6. Cek organisasi pemeriksa fakta. Pengalaman terkait poin nomor 6 ini aku dapatkan saat mencek validitas info tentang :
👉‘apakah rapid test tidak bisa mengenali virus Covid-19 dan apa benar tes PCR apakah mampu menunjukkan jenis virus yang diidap seseorang’.  
👉 ‘ urus SIM & SKCK harus tunjukkan serifikat vaksin per 1 Juli’.
Alhamdulillah, berita yang kudapat pun dibahas pada situs cekfakta.tempo.co.

Kalo pun nemu fakta yang level internasional, bisa dicek pada AFP factcheck dan Washington Post fastcheckers.

Cek Fakta Informasi Kesehatan 


👀Untuk cek ricek fakta seputar informasi kesehatan tentu kita harus mendapat sumber informasi yang terpercaya di antaranya yaitu situs resmi institusi dan organisasi kesehatan nasional dan internasional.  Bisa dari UNICEF, WHO, IDI, Kementerian Kesehatan, Badan POM dan seterusnya.

👀 Cek Jurnal dari hasil studi peer-review & pre- print. Perbedaan dari keduanya yaitu:
  • Peer-review adalah studi penelitian yang telah melewati proses evaluasi oleh tim pakar independen pada bidang keilmuan yang sama. Biasanya dianggap gold standard dalam studi ilmiah.
  • Pre-print adalah studi yang belum melewati proses peer-review.
Jurnal ilmiah kesehatan bisa didapat pada situs seperti the New England Journal of Medicine, the British Medical Journal, Nature Medicine, the Lancet

👀Studi pada korelasi dan kausalitas.  Tentu kita harus jeli dalam mengamati fakta terkait korelasi derajat keeratan atau hubungan antara dua variabel.  Selain itu juga pola kausalitas (sebab akibat) dari sebuah variabel terhadap variabel lainnya.

💢💢💢

So, waspada dan cerdas tentu wajib nih akhirnya untuk diri kita dalam menerima informasi sebelum ikutan menyebarkannya.  Jangan sampai termakan hoaks ya.


Sumber:
  • https://kompaspedia.kompas.id/baca/paparan-topik/ekonomi-indonesia-pada-masa-pandemi-covid-19-potret-dan-strategi-pemulihan-2020-2021 
  • https://www.liputan6.com/news/read/4601157/rekor-kematian-covid-19-tembus-1040-pada-7-juli-2021-jateng-tertinggi
  • https://id-id.facebook.com/formedia/solutions/coronavirus-resources
  • https://kominfo.go.id/content/detail/28536/kominfo-mencatat-sebanyak-1028-hoaks-tersebar-terkait-covid-19/0/sorotan_media
  • https://cekfakta.tempo.co/fakta/1426/keliru-urus-sim-dan-skck-harus-tunjukkan-sertifikat-vaksin-covid-19-per-1-juli
  • https://cekfakta.tempo.co/fakta/796/fakta-atau-hoaks-benarkah-tes-pcr-tak-bisa-tunjukkan-jenis-virus-corona-covid-19
  • https://en.wikipedia.org/wiki/Infodemic


Mia Yunita
Mia Yunita Seorang emak | Lifestyle Blogger | Kontributor Opini | Love to eat, read, pray & jalan-jalan

37 comments for "Waspada dan Cerdas dalam Menerima & Menyebarkan Informasi"

  1. Iya, di era digital begini kudu rajin cek n ricek semua informasi yang di dapat ya, Mba.. ga bisa sembarangan. soalnya info sekarang banyak yang bias.

    ReplyDelete
  2. Aku udah lama gak cek data soal kasus Covid-19 ini. Mau menghindari biar tetap waras. Paling baca tentang kesehatan dan teman-temannya. Terus pilih website resmi bukan abal-abal biar informasinya terjamin

    ReplyDelete
    Replies
    1. toss... saya juga. Buat menjaga kesehatan jiwa. Bukan ga peduli, tapi mengurangi.

      Delete
  3. Makasih sharingnya niih mak. Masih banyak banget yang blom sadar dan paham misinformasi dan disinformasi.
    Padahal kalo secara sederhananya orang yang tidak mengetahui kesalahan dari suatu berita atau informasi dan kemudian dia ikut memviralkannya, maka terjadilah misinformasi.
    Dengan polosnya aja main share2 yaaa, tanpa tahu kebenarannya, hihiii.
    Semoga dijauhkan dari berita2 hoax apalagi sampai memviralkannya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bener banget teh Nchie. Banyak yang share tanpa cek ricek kebenaran beritanya. Kudu edukasi lebih banyak orang lagi nih. Jangan berhenti dikira gimana cara membedakan hoax atau bukan

      Delete
  4. Sederhananya, kalau disinformasi itu disengaja, sementara misinformasi itu nggak disengaja gitu kan ya mak. Tapi dua2nya sama-sama menyesatkan sih. Bener kita yang harus lebih cerdas.

    ReplyDelete
  5. Banyaakk banget informasi yg simpang siur seputar covid ini ya Mba
    Kita memang kudu jeli dan bener2 melakukan cross check supaya tdk terperangkat jerat hoax.

    ReplyDelete
  6. 800 ribu website menyebarkan hoaks dan ada ribuan hoaks seputar covid, duh miris banget gak sih mba ternyata hoaks memang diproduksi dan didistribusikan sedemikian rupa. Penting banget ya utk cek fakta ini.

    ReplyDelete
  7. Penting banget emang waspada sama berita-berita yang masuk di ranah digital. Ini ibuku yang suka share-share berita nggak jelas. Sering banget kemakan hoax. Sampai aku pengen block WA Groupnya biar nggak kemakan berita gini.

    ReplyDelete
  8. Betul mbak. Sayang banget memang, meski sebanding berita yang tersebar, berita yang belum tentu kebenarannya malah lebih cepat tersebar ke WAG dan langsung dipercaya.

    ReplyDelete
  9. Sudah resah sekali kalau ada hoax. Bahaya kan buat masyarakat yang mudah terpancing. Makasih sudah berbagi mba

    ReplyDelete
  10. Sejak dulu, hoax di dunia kesehatan termasuk banyak banget. Saat pandemi semakin berasa deh gila-gilaan jumlahnya. Kalau saya sih udah pasti akan mengabaikan. Sayangnya banyak yang kemakan hoax. Sedihnya jadinya merugikan banyak orang juga.

    ReplyDelete
  11. Hoaks itu bahaya banget ya mbak
    perlu adanya kemampuan cek fakta seperti ini
    hoaks itu bahaya banget, apalagi hoaks di bidang kesehatan

    ReplyDelete
  12. Nahh penting ini. Apalagi sekarang, banyaaakkk banget berita-berita yang belum bisa dipastikan kebenarannya. Yang baca jadi makin stress deh di masa pandemi lagi melonjak tajam gini

    ReplyDelete
  13. Mbak Mia, aku ikutan juga workshop Cek Fakta dari Tempo ini. Merasa tercerahkan dengan langkah-langkah verifikasi yang seringnya main skip aja ketika dapat berita. Yuk kita berantas hoaks!

    ReplyDelete
  14. Nah bersyukur ya kita yang ikut webinar kesehatan tentang cek fakta ini. Literasi warga negeri ini memang rendah dan rawan terhasut hoax yang disebarkan di sosial media

    ReplyDelete
  15. Setuju Bu, saringlah infomasi dengan baik dan mendapatkan berita yang benar dan tidak hoax. Diantara orang orang yang baik, masih ada saja orang yang menyeberkan berita bohong dan menyesatkan. Terima kasih sharingnya Bu. Salam Sehat

    ReplyDelete
  16. yang saya paling sesalkan itu ternyata di musim tak menentu seperti ini saja, masih banyak orang-orang yang memproduksi berita hoax dengan sengaja. Dengan tujuan mengacaukan kehidupan masyarakt.

    ReplyDelete
  17. Makin hari rasanya banyak sekali informasi yang masuk, kalo aku khususnya di beberapa WAG. Banyak banget yang asal share aja. Zaman sekarang harus lebih bijak ya mbk untuk menyebarkan informasi

    ReplyDelete
  18. Iya nih berita ttg covid makin kesini makin gimana. Gak dikepoin takut ketinggalan info. Tp dikepoin jg kudu croscheck. Jgn sampe kemakan info ug salah

    ReplyDelete
  19. Di antara semua hoax ttg kesehatan, khususnya copid, aku paling benci dengan hoax yang bilang copid gak bahaya hiks :(
    Ini bikin org2 gak aware, apalagi kalau yang menyampaikan public figur, sedih banget.
    Bener, kudu disaring, pilih sumber informasi yang terpercaya. Kalau terima BC hoax cukup berhenti di kita.

    ReplyDelete
  20. Kadang yaaa aku tu gemeeessssh deh kalau hoax dikomentarin dan dishare secepat kilat!

    Untung sekarang ada banyak yang bisa ngecek hoax ya mbak

    ReplyDelete
    Replies
    1. Nah iya..
      Yang hoax ini biasanya sangat menarik perhatian. Sehingga orang gak pake pikir panjang, langsung share.

      Edukasi yang bagus untuk cek berita hoax ini kudu disosialisakan dengan baik.

      Delete
  21. Memang berita-berita itu sering click bait banget kok yaa..
    Kadang kita juga sering langsung share aja gituu..
    Paling inget pas temen share mengenai penularan virus berdasarkan jenis golongan darah.
    Jadi dia santuy aja karena katanya golongan darah O itu yang paling susah terserang virus.

    Huhuu....kan begini jadi menurunkan awarness seseorang terhadap virus terutama di masa pandemi.

    Cek fakta dulu sebelum sharing.

    ReplyDelete
  22. Tetapi hoax dan informasi yang menyimpang memang semakin meningkat dengan penggunaan gadget sih. Mau ga mau aku sekarang ngurangin pegang hape hahaha. Berita di wag keluarga itu kadang bikin mumet

    ReplyDelete
  23. Kuncinya rajin cek ya mbak.

    Selain itu, peran literasi digital juga sangat penting, karena dengan literasi digital mampu membuat kita untuk berpikir kritis, kreatif, dan inovatif dalam menghadapi masalah yang sedang terjadi.

    ReplyDelete
  24. Di era digitalisasi seperti ini, kemampuan literasi digital sangat penting ya mbak
    biar kita tidak mudah terjebak dengan informasi yang sifatnya hoaks

    ReplyDelete
  25. Nah, ini dia yang sangat penting diketahui dan dilakukan oleh masyarakat. Berseliweran info macam2 melalui WAG dll nih terutama tentang Covid-19. Mesti kita cek sendiri aja kalau gitu dan jangan langsung dibagikan kepada orang lain ya, bisa fatal akibatnya kalau ternyata itu hoaks.

    ReplyDelete
  26. Sayangnya masih banyak orang yang lebih memkentingkan kebenaran yang diyakininya. Apapun kebenaran yang membantahnya, dia tutup mata. Semoga saja dengan makin banyaknya tulisan seperti ini bisa mengurangi keeksisan orang2 demikian.

    ReplyDelete
  27. Cek fakta Covid, kenapa pada malas cek? Soalnya kadang kecampuran ada berita hoax, jadi kadang malas cek takutnya hoax kak. Tapis asli sih, kudu dicek, takutnya kadang berita hoax bisa sampai di lingkungan kita sendiri..

    ReplyDelete
  28. Hoax adalah salah satu musuh terbesar kita. Jujur aku heran, kenapa banyak saudara kita yang cenderung suka mengkonsumsi hoax, padahal dampaknya mengerikan. Semoga dg makin banyak konten baik seperti ini saudara kita jadi lebih membuka hati.

    ReplyDelete
  29. kecerdasan dan sensitivitas kita dalam menerima dan mengolah informasi adalah salah satu soft skills yang kita perlu miliki dan kuasai di masa sekarang yaaa mba

    ReplyDelete
  30. Tentang Hoax ini aku inget hoax dari akun @md_universe. "Kita membenci hoax. Namun jika hoax sesuai dengan apa yang dipikiran kita, kita akan membelanya".

    Jadi ketika hoax dan negative thinking plus males tabayyun bertemu, duaaaaarrrrr......pembodohan massal dimana2. So sad :(

    ReplyDelete
  31. bener nih sekarang semua mesti dicek keasliannya ya biar ga ada hoax2 beredar lagi. caranya pun sebenernya mudah bgt ya

    ReplyDelete
  32. Akurat banget ini infonya ya mbak daei banyak sumber dirangkum. Aku sih sekarang lebih teliti juga menerima informasi, kalo dirasa janggal dan bukam dari situs terkenal biasanya aku gak percaya

    ReplyDelete
  33. emang banget sekarang kudu jelassss secara yaa ini rada ga bener berita kabar dunia maya sekarang masak ya dibroadcast cepet banget kemana2 padahal g jelas beritanya :(

    dan sebagai penggiat digital jadi inget kudu banget cek cek cek sebelum sharing

    ReplyDelete
  34. sekarang kudu cek kebenarannya yah kak kalo ada yg share apapun pas ada share harus saring dulu

    ReplyDelete